Ada Yang Terinfeksi Corona - Terminal dan Pasar Panjalu Ditutup - Waspada Tapi Tidak Perlu Panik



Catatan Panjalu.Net

CORONA sudah menyebar hingga ke pelosok desa. Hari ini Desa Panjalu tengah menjadi  sorotan  terkait dua orang yang terinfeksi virus corona. Demikian kabar hari ini yang cukup viral menyebar melalui berbagai media sosial.

Pasar Panjalu, Terminal Panjalu dan Puskesmas Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, ditutup sementara. Hal itu dilakukan karena ada seorang pedagang Pasar Panjalu dan karyawan Puskesmas Panjalu yang terkonfirmasi positif Covid-19 berdasarkan hasil rapid test dan swab test tanggal 26 Mei 2020.

Foto pengumuman penutupan Pasar Panjalu yang tersebar, isinya berbunyi ”Sehubungan hasil rapid test dan swab test tanggal 26 Mei 2020 di terminal dan Pasar Desa Panjalu, dinyatakan ada yang terkonfirmasi positif Covid-19, maka mulai hari Kamis tanggal 4 Juni 2020 pukul 00.00 WIB s/d tanggal 06 Juni 2020 jam 24.00 WIB Pasar Panjalu ditutup sementara”.

Pengumuman tersebut ditandatangani Pengurus Pasar, Camat Panjalu, Kepala Desa Panjalu, Kapolsek Panjalu dan Danramil Panjalu.

**

Demikianlah karakter virus itu memang dapat menyebar secara cepat hingga ke pelosok. Penyebarannya akan semakin masif dan sulit dibendung, jika masih banyak masyarakat yang tidak mengindahkan himbauan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Sebagai contoh, pada musim lebaran yang lalu, pemerintah sudah menghimbau (bahkan melarang) para perantau untuk tidak mudik ke kampung halaman. Larangan tersebut tentunya untuk kebaikan semua. Namun ada diantaranya yang tetap memaksa mudik, sehingga kian menyebarlah virus corona ke berbagai pelosok.

Bentuk kasih sayang kepada keluarga di kampung halaman pada masa pandemi corona ini adalah menunda pulang kampung. Sebab, kita tidak akan tahu jika virus corona menempel pada tubuh kita, dan menularkannya kepada sanak saudara di kampung halaman. Kita mungkin kebal karena kebetulan memiliki imun yang kuat, tetapi kondisi teman dan sanak saudara di kampung mungkin saja ada yang lemah.

Tak bertemu, bukan karena tidak rindu. Justru dengan menunda kerinduan itu merupakan suatu usaha agar dapat melepas rindu dalam waktu yang mustari, dalam masa yang utama.

Seandainya sangat terpaksa pulang kampung, memang tak boleh dihalang-halangi. Namun ada protokol yang harus dilalui, yaitu karantina mandiri selama 14 hari. Itu adalah suatu usaha dalam menanggulangi penyebaran corona. Bisakah 14 hari numpi diri? Harus bisa, jika sayang kepada para kerabat, tetangga, dan teman-teman.

Peristiwa seorang pedagang di Pasar Panjalu dan Karyawan Puskesmas Panjalu yang terpapar corona, mengingatkan kejadian pada puluhan tahun yang lalu.

Orangtua kita, sebelum Indonesia merdeka, sudah pernah mengalami serangan wabah pes atau atau sampar pada tahun 1920 hingga 1940. Bukan waktu yang sebentar, 20 tahun orangtua kita berjibaku dengan wabah pes.

Dari buku-buku sejarah yang saya baca, kondisi masyarakat saat itu dalam menghadapi wabah pes lebih menderita. Tentu wajar, karena saat itu bangsa Indonesia masih ada dalam cengkeraman penjajah.

Pada saat itu upaya yang dilakukan menghadapi pes diantaranya mendirikan barak-barak.  Di antaranya di Ujungberung, Pasirjambu, Cimahi, Majalaya, Banjaran, Cicaléngka, Ciparay, Rancaékék, Soréang, Tanjungsari, Cibatu, Malangbong, Bayongbong, Kadungora, Samarang, Cisurupan, Wanaraja, Pameungpeuk, Banjarwangi, Limbangan, Salawu, Panjalu, Singajaya, Balubur, Ciawi, jeung Singaparna.

Panjalu menjadi salahsatu tempat yang dipilih untuk mendirikan barak. Tentu saja berdasarkan berbagai pertimbangan yang matang. Panjalu dianggap strategis untuk dijadikan barak dalam usaha pencegahan sebaran wabah pes.

Sekarang corona sudah sampai ke Panjalu. Kewaspadaan perlu ditingkatkan dengan cara menumbuhkan kesadaran akan bahayanya virus corona.

Sadar untuk senantiasa menahan diri dari berbagai aktivitas yang melibatkan banyak orang. Sadar untuk senantiasa menjaga kebersihan, menjaga kebugaran, dan yang tak kalah penting adalah menjaga semangat dan gairah hidup.

Kenapa harus bersemangat dan bergairah? Ini kaitannya dengan imun dalam tubuh kita. Ajaran agama pun mewajibkan kita untuk selalu optimis, jangan pesimis. Rasa optimis dan gairah hidup  dapat memancarkan aura positif, memperkuat energi dalam diri kita, dan tentunya memperkuat imunitas kita.

Kenapa dengan imun? Imun itu sederhanyanya adalah kekebalan alami tubuh kita dalam menghadapi berbagai serangan virus.

Seorang sahabat yang sangat dekat dengan saya, beberapa minggu yang lalu dinyatakan positif covid-19 berdasarkan hasil rapid tes. Dan ia langsung dirawat di Wisma Atlet, Jakarta.

Selama dirawat di Wisma Atlet, setiap hari kami berkomunikasi via whats app. Menurut sahabat saya, tidak ada obat-obatan khusus yang dikonsumsi selain vitamin. Makan teratur, olahraga, dan istirahat yang cukup. Demikian keseharian sahabat saya ketika menjalani perawatan dan karantina di Wisma Atlet.

Obatnya memang belum ada. Jadi menurut pemahaman saya, vitamin itu terus dikonsumsi untuk merangsang timbulnya kekebalan tubuh (imun).

Alhamdulillah, sekarang sudah sembuh. Hanya kurang-lebih dua minggu.  Sudah dinyatakan negatif dan tentu mendapat sertifikat negatif virus corona. Saya pun sudah siap untuk ngopi bareng lagi.

Maka, meskipun waspada tetap penting, tetapi tidak perlu panik. Santai saja. Berbagai kesulitan hidup, kita jalani bersama-sama, karena hampir semua orang mengalami kesulitan. Sekarang bukan masanya menumpuk harta, melainkan saling berbagi dengan tetangga dan sanak saudara. Yang kita beli adalah yang benar-benar kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Semoga Allah SWT melindungi kita semua, aamiin.





0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post