About

Situ Lengkong Panjalu
Memandang Situ Lengkong Panjalu dari Perumahan Nusa Asri, Simpar, Panjalu, Ciamis. Persis di titik tempat inilah yang akan menjadi semacam kantor redaksi blog Panjalu.Net.    

Prolog

Website ini saya buat di sela-sela Work from Home (WFH). Sudah beberapa minggu saya terpaksa WFH untuk mendukung imbauan pemerintah berkenaan pandemi virus corona atau juga dikenal dengan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Sebagai orang yang senang bergaul, tentunya sangat tersiksa dengan keadaan ini. Saya yang biasa berangkat pagi dan pulang malam, kini harus di rumah saja. Bertentangan dengan prinsip "tukang ngablu".

Biasanya kalau ada hari libur yang cukup panjang, saya pulang ke kampung halaman, Panjalu, Ciamis, Jawa Barat.

Namun, dengan adanya wabah corona ini, saya harus menahan kerinduan saya pada kampung halaman.

Di Panjalu ada ibu dan banyak saudara. Demi kebaikan semua, memang sebaiknya saya tetap di perantauan, DKI Jakarta. Jangankan ke Panjalu, untuk ke Bandung pun saya belum berani.

Untuk mengisi waktu luang ini, sebagai pelarian dari terbelenggunya tukang ngablu, saya membuat portal Panjalu.Net.

Saya berimajinasi pulang kampung melalui situs ini. Dimulai dengan memposting catatan-catatan tentang Panjalu dan sekitarnya, baik yang sudah ditulis jauh hari sebelumnya maupun yang baru ditulis sekarang.

Selain tulisan saya, ada pula tulisan teman-teman yang sudah sejak lama menginap di hardisk, ditambah dengan tulisan yang saya ambil dari buku atau referensi lainnya yang saya sebutkan sumbernya.

Tentu bukan hanya tentang Panjalu. Dunia online itu tidak bisa disekat oleh batasan geografis, apalagi batasan wilayah administratif. Saya hanya memulai dengan tulisan tentang Panjalu. Selanjutnya... sama saja seperti ngablu, mau ngador kemanapun bebas.

Saya bukan tipe orang primordialis. Saya seorang nasionalis yang mencintai kebudayaan bangsa. Saya berteman dengan siapa pun, tanpa tersekat oleh perbedaan suku atau agama.

Saya memulai dengan konten  Panjalu, karena lahir dan dibesarkan di Panjalu, dan supaya jelas saja pemberangkatannya. Seperti juga pada tahun 1993, setamat sekolah di SMPN Panjalu,  saya berangkat ke Bandung dengan berbekal semangat, harapan, dan tentu cita-cita.

Saat itu saya hanya anak remaja lugu yang ingin meraih kesuksesan di kota dan ingin membahagiakan orangtua.

Meski lugu, tapi saya pendendam. Bukan dendam pada siapa-siapa, apalagi untuk mencelakakan siapa-siapa, tetapi dendam pada nasib.

Energi dendam itu luar biasa. Saya hanya melampiaskan dendam untuk mencoba mengubah nasib. Energi dendam bisa menggerakkan manusia untuk berjuang tanpa kenal lelah.

Saya selalu ingat perkataan dalam pidatonya Bung Karno yang begitu berkharisma: "hampir hancur lebur, bangkit lagi! Hampir hancur lebur bangkit lagi!"

Karena saya pernah menjadi anak kecil, maka saya cukup dekat dengan anak-anak di mana pun saya tinggal. Saya tidak pernah meremehkan anak-anak. Tak pernah berani menyakiti anak-anak, baik dengan kata-kata apalagi fisik.

Seorang anak kecil yang saat ini tampak bodoh, tak tahu apa-apa, beberapa tahun yang akan datang sangat mungkin ia menjadi sosok yang sangat hebat dan sangat berpengaruh.

Terlebih anak remaja. Dalam beberapa lintas pandang pun biasanya saya sudah bisa menebak potensi yang dimilikinya.

Nun di dalam relung dasar rasa kemanusiaan, memang hati saya tak mengizinkan menyakiti siapa pun, apalagi anak-anak. Hidup ini terasa indah saat saling mengasihi, saling membantu, bukan saling menghacurkan.

Konten

Konten dalam website ini dimulai dengan Panjalu dan sekitarnya, plus informasi tentang covid-19 alias virus corona.

Karya fiksi, karya seni, kebudayaan, potensi (alam, wisata, pertanian, peternakan, kuliner, dll) SDM, dan berbagai konten positif lainnya.

Sekali lagi, konten positif. Bukan untuk menyerang siapa pun. Dan saya sangat anti- hoax (berita bohong).

Sebenarnya musuh negara yang sangat besar saat ini selain wabah corona adalah wabah hoax. Saya sangat membenci hoax. Sebab, konflik sering terjadi akibat beredarnya hoax.

Pokoknya hoax itu benar-benar menyesatkan. Saya keluar dari beberapa WA Grup yang di dalamnya banyak anggota grup yang menyebar hoax dan konten-konten yang menimbulkan benih-benih kebencian atau permusuhan.


Bergabung dengan Panjalu.Net

Sebagai orang yang menyukai jaringan persahabatan, tentu saya terbuka untuk teman-teman di Panjalu atau di mana pun yang ingin bergabung menjadi penulis di panjalu.net.

Mari berproses bersama-sama, belajar bersama-sama, untuk mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ingat bahwa teknologi digital bisa dilawan. Yaitu dilawan dengan mempelajari ilmu dan karakteristik digital, bukan malah menjauhinya.

Jika teknologi digital diibaratkan badai yang bergelombang, kita harus terus belajar untuk lebih lancar berselancar di atas ombak dan badai.

Media sosial semisal Facebook, Twitter, Instagram, sudah merambah ke perkampungan. Namun, ada keprihatinan saya ketika memperhatikan postingan-postingan yang justru malah menuai permusuhan dan berujung petaka.

Sudah cukup banyak pemain medsos yang ditangkap polisi gara-gara menulis hal-hal yang tidak seharusnya ditulis. Yang asalnya tak punya musuh, tiba-tiba dimusuhi karena status Facebook.

Hal sepele membesar karena diangkat ke medsos. Kalau saya perhatikan, maraknya perkembangan medsos bukan berarti budaya menulis meningkat. Sebab, saya masih melihat postingan status di medsos itu adalah budaya lisan yang dimediakan.

Tentu tidak semua, karena ada juga netizen yang menulis dengan serius dan sangat bermanfaat di media sosial.

Saya pun pemain medsos yang tentu terkadang menulis di medsos. Jika kita memanfaatkan medsos dengan baik, banyak juga kebaikan yang dapat dituai.

Lagi-lagi kembali pada bagaimana kita memperlakukan medsos. Hukum tanam-tuai sangat berlaku di dunia medsos.

Kaitannya dengan bergabung di panjalu.net, saya ingin mengajak teman-teman yang memiliki minat sama untuk berproses kreatif dalam menulis. Jika saya ditakdirkan menetap di Panjalu, tentu diperlebar lagi dengan proses kreatif dalam berkesenian,.

Saat ini saya tidak tinggal di Panjalu. Tetapi, saya sering menengok ibu ke Panjalu. Paling tidak, kalau saya pulang kampung, kita bisa ngopi bareng sambil berdiskusi santai di Situ Lengkong Panjalu.

Ada pertanyaan: kenapa ribet banget harus menulis di website atau blog? Bukannya lebih gampang menulis status di laman Facebook saja? Langsung dikomentari warga medsos.

Ya, betul, silakan menulis dengan baik di Facebook atau media sosial apa pun.

Saya sadar bahwa jalan yang saya pilih biasanya jalan yang sedikit dipilih orang. Dalam hal tertentu dan saat tertentu, saya selalu berusaha melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang.

Tentunya orang yang memiliki minat yang sama dengan saya tidak akan banyak. Tapi satu atau dua orang pun, saya senang.

Saya orang yang tidak mudah menyerah dalam hal apapun. Beberapa tahun yang lalu, saya dan dua sahabat, Dadan Sutisna serta Sufyan Muhammad pernah merintis media online bernama SundaNews.Com. Saya Pemimpin Redaksi, Dadan Sutisna Direktur IT, dan Sufyan Muhammad sebagai Pemimpin Perusahaan.

Saat itu kami sangat bersemangat. Merekrut beberapa teman jurnalis dan tentu menyiapkan dana untuk membayarnya. Soft Launching SundaNews berlangsung pada hari Sabtu, 11 Agustus 2012, jam 16.00 WIB di Hotel Grand Preanger (Ruang Mahabharata), Jalan Asia Afrika No. 81 Bandung.

Soft Launching SundaNews dihadiri orang-orang penting di Jawa Barat. Dua pemimpin redaksi koran paling berpengaruh di Jawa Barat turut hadir dan memberikan dukungan kepada Media Online Berbaha Sunda SundaNews.Com. Yakni, Kang Cecep Burdansyah (Pemred TribunJabar pada saat itu) dan Kang Budhiana Kartawijaya (Pemred Pikiran Rakyat pada saat itu).

Beberapa tokoh budayawan, seniman, sastrawan pun turut menghadiri sekaligus mendukung SundaNews.Com. Misalnya Abdullah Mustappa, Hawe Setiawan, Erwan Juhara, Eriyandi Budiman, Yus R. Ismail, Aan Merdeka Permana, Atep Kurnia, Soeria Disastra, dan lain-lain.

Sederet mojang-mojang Bandung pun mulai merapat ke SundaNews.Com, yang membuat teman-teman lelaki turut merapat. Sebut saja misalnya Miftahul Malik dan Dalang Opik. Mereka cukup intens ikut-ikutan merecoki grup Blackberry Messenger (BBM) SundaNews dikarenakan banyak mojang mencrang.

Saat itu saya memang "mengasuh" cukup banyak remaja,yang bukan hanya remaja perempuan, karena laki-laki lebih banyak. Mereka, anak-anak remaja yang masih sekolah atau kuliah. Remaja-remaja hebat yang sudah turun ke lapangan, bekerja sebisanya... demi membantu meringankan beban orangtuanya mencari nafkah. Saya menampung dalam berbagai event di Bandung. Dari mulai menggarap wedding organizer  hingga event organizer Pesta Buku Bandung di Braga. Biar uangnya tidak terlalu besar, yang penting berkah dan tetap solid mangan ora mangan ngumpul. Jadi kalau saya bikin acara apapun, mereka berdatangan untuk bahu membahu menyukseskan acara.


dari kiri: Dadan Sutisna, Dhipa Galuh Purba, Sufyan Muhamad, pada acara Soft Launching SundaNews.Com (11 Agustus 2012) 



Tiga perintis SundaNews, plus Astri Cahyani 
Yatun Romdonah dan Dini


dari kiri: Sufyan Muhammad, Eriyandi Budiman, Erwan Juhara, Yus. R Ismail, Dhipa Galuh Purba, Dadan Sutisna, Atep Kurnia, dan Diki Pamanah Rasa (Grand Preanger Hotel, 11 Agustus 2012)


SundaNews.Com hanya bertahan kira-kira 2-3 tahun. Kami belum merasakan hasil jerih-payah dari media online tersebut. Gulung tikar kehabisan modal. Apakah saya kapok? Tidak sama sekali.

Makanya saya akan memulai lagi dengan Panjalu.Net. Saya tahu kelemahan dan kesalahan saya yang membuat SundaNews.Com berhenti. Dan tentu saya akan belajar dari kesalahan. Saat itu mungkin saya terlalu serius mengelola SundaNews.Com dan kurang ngopi juga.

Berangkat dari pengalaman itu, sekarang melalui blog Panjalu.Net saya akan lebih santai dan banyak ngopi, karena ini sebagai pemanasan saja.

Namun di musim wabah corona ini, kumpul-kumpul ngopi sangat berbahaya. Jadi, tidak perlu ada acara softlaunching di hotel. Nanti saja kalau virus corona sudah pulang.

Namun sekali lagi, ini hanya blog sederhana,  bukan media online profesional yang memiliki lembaga resmi seperti halnya sebuah media online besar. 

Untuk bergabung dengan blog panjalu.net, silakan mengirim email ke dhipa@galuh-purba.com atau embunpanjalu@gmail.com. Bisa juga melalui WA, Silahkan KLIK Logo WhatsApp di bawah ini:
Ada WA Grupnya, tetapi harus berkomitmen dulu untuk tidak sembarangan memposting konten di grup, apalagi postingan berita hoax sangat dilarang.

 
Jika ada pertanyaan: Saya belum siap menjadi penulis di panjalu.net, tetapi bolehkah saya mengirim informasi seputar Panjalu melalui Whats App alias WA? Dan apakah saya akan diundang ngopi juga kalau hanya ngirim info ke WA?

Jawabannya: dengan senang hati. Dan insyaAllah akan saya undang ngopi juga kalau saya pulang kampung.


Petanyaan kedua: Saya orang Panjalu yang sedang merantau, bolehkah bergabung menulis di Panjalu.Net?

Jawabannya: sangat boleh.

Pertanyaan ketiga: Saya bukan orang Panjalu, tetapi saya menyukai alam Panjalu dan sedang berusaha pula mencari pacar orang Panjalu, bolehkah menulis di Panjalu.Net?

Jawabannya: sangat boleh.

Pertanyaan keempat: Saya bukan orang Panjalu, dan mau menulis yang bukan tentang Panjalu, bolehkah bergabung?

Jawabannya: sangat boleh, karena sudah dijelaskan di atas, Panjalu.Com hanya nama domain. Adapun konten yang akan ditampilkan bukan hanya tentang Panjalu,

Pertanyaan kelima: saya tidak ingin ikut apa-apa, cuma pingin ngopi bareng, bolehkah?

Pertanyaan keenam: Bolehkah saya bergabung hanya untuk mencari jodoh?


Pertanyaan kedelapan: Boleh bawa teman?

Pertanyaan kesembilan: Boleh sambil merokok?

Jawabannya, semuanya boleh, silakan. Selama ada warung kopi dan uang untuk membelinya, jangan khawatir. Kalaupun kehabisan dana ngopi, reputasi saya di mata warung-warung kopi Panjalu masih terjaga. Saya masih dipercaya kalau kasbon dulu alias nganjuk.

Tapi yang paling penting saat ini adalah: Semoga kita semua selamat dari wabah corona, tetap sehat walapiat dan lulus menghadapi berbagai kesulitan saat ini. Saya yakin pada umumnya semua orang sedang dalam kesulitan.

Kita saling mendoakan dengan ikhlas, insyaAllah badai corona akan segera berlalu, dan kita semua tetap sehat walapiat, aamiin.


Dhipa dan Romel Antassalam FM Bandung
Bersama Kang Romel (kanan) di Radio Antassalam FM Bandung, tahun 2006

Epilog

Hasil itu biasanya tidak akan menghianati proses. Panjalu.Net hanyalah sedikit tambahan ruang untuk berekspresi.

Ucapan terima kasih untuk Kang Asep Syamsul M. Romli alias Kang Romel  yang telah membantu merancang tampilan Panjalu.Net.

Kang Romel bisa dibilang blogger sejati, yang konten-kontennya banyak dijadikan referensi. Buku-buku tentang jurnalistik yang ditulisnya, banyak juga dijadikan referensi. Di musim wabah covid-19 ini tentu Kang Romel lebih produktif menulis. Namun masih sempat membuatkan rancangan website ini.

Mungkin sebagai solidaritas sesama orang Panjalu. Istri Kang Romel berasal dari Payung Agung, sehingga destinasi mudik lebaran selalu ke Payung Agung. Karena istrinya dari Payung Agung, otomatis Kang Romel pun menjadi orang Payung Agung.

Waktu saya kuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Kang Romel adalah salah satu dosen saya. Tentu banyak menimba ilmu kepada beliau, baik di kampus maupun di luar kampus. Bahkan lebih banyak di luar kampus.

Di Radio Antassalam FM Bandung, saya pernah menjadi penyiar acara kebudayaan, yang saat itu Kang Romel menjadi Program Director Radio Antassalam Pouw.

Kemudian, ketika Kang Romel menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Bina Dakwah, saya menjadi Redaktur Pelaksana majalah yang diterbitkan oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) tersebut.

Dan yang pasti, sejak lama saya dan Kang Romel memiliki minat yang sama untuk memilih menelusuri jalan ngeblog.

Jadi, Panjalu.Net ini diawali dengan kolaburasi antara Simpar dan Payung Agung, plus Cimendong (ada seorang karyawati asal Cimendong yang tinggal di Jakarta, turut berpartisipasi membangun website ini, tetapi namanya tidak mau dituliskan).

Terimakasih juga untuk sahabat Dadan Sutisna, karena sudah dapat dipastikan besok lusa akan meminta bantuan untuk pengembangan website ini.

Tidak ketinggalan, sobat-sobat yang akan selalu diminta bantuan dalam berbagai hal, termasuk nanti hal yang berkenaan dengan Panjalu.Net ini, seperti Miftahul Malik, Agus Bebeng, Dalang Opick Sunandar, Ricky RAM, Nasrullah, Hadi Seta, Irvan Senjaya, Yoyong Sofyan, Pandu Radea, Kang Hawe Setiawan, Kang Cecep Burdansyah, Kang Asep Salahudin, Kang Darpan Ariawinangun, Kang Asep Ruhimat, Wida Farida, Astri Cahyani, Lussy Lusiana, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Saya orang romantis, sehingga berterimakasih sebelum meminta bantuan.

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, saya luncurkan website atau blog Panjalu.Net ini. Semoga ada manfaatnya sekecil apa pun apalagi sebesar apa pun…!

Dur Panjak!

Jakarta, 15 April 2020
Salam Persahabatan

Dhipa Galuh Purba


0/Post a Comment/Comments