Borosngora Adalah Anaknya Arya Wiranata; Cucu dari Arya Wirabaya



Disarikan dari Makalah Reza Saeful Rachman


Silsilah Boros Ngora tercatat dalam naskah Sunda Kuna, salahsatu koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Ada sebuah naskah yang berjudul "Carita Raden Jaya Keling", berkode P 86 L 407.

P 86 adalah sebuah kode untuk menunjukkan naskah tersebut disimpan dalam peti nomor 86. Sedangkan L 407 merupakan nomor  kropak untuk naskah "Carita Raden Jaya Keling". Maka, naskah ini disebut juga kropak 407. 

Inilah hasil rekonstruksi bagian 26a dan 26b

26a
1. ya puputra dipanata puputra wirabaya (O) punika putra soléman sir gu
2. milang ratu gumilang rasa gumila cah soleman tumurunna marihi
3. sun pangawasa nira (O) hyang guna aguna lain aing nu boga guna


4. batara cakra wisésa nu boga guna ricik racak dangda warriyat teu pu


26b
1. sa? punika hanak putu ratu pajajarran putra prebu siliwangngi tumiba hing pa(n)ja
2. lu susuhunnan reutas kikis puputra daLE(m) ageung daLE(m) ageu(ng)
3. puputra wisagati puputra singa gati(jati?) puputra singa kreti hisa
4. dewata (O) borosngora puputraé ariya wiranata puputra ariya wiraba



Naskah "Carita Raden Jaya Keling" menggunakan aksara sunda kuna dan bahasa sunda kuna, sebagian ada yang menggunakan jawa kuna. Tulisan ditorehkan di permukaan daun lontar  berjumlah 30 lempr Recto Verso. Naskah ini berisi teks sastera pra-islam berupa puisi yang bersifat oktosilabik atau berpola delapan suku kata:

sada cucu midang bulan
sada careuh ngahalerang
sada walik dina nangsi
sada poneh di kiraway
sada cangcarang di rangrang

Keberadaan naskah ini tercatat dalam catatan tulisan tangan berbahasa belanda yang terdapat pada kelompok naskah sunda yang berasal dari koleksi C.M Pleyte, yakni naskah-naskah lontar sunda pada koleksi BGKW (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen).

Nomor kodenya adalah kropak 406, kropak 407, kropak 408, kropak 409, kropak 411, kropak 412, kropak 413, kropak 414, kropak 415, kropak 420, kropak 421, kropak 422, dan kropak 423 berasal dari pemberian Bupati Galuh R.A.A Kusumadiningrat (Darsa & Ekadjati, 2006: 13). 

Naskah ini pada awalnya diperkirakan berasal dari Kawali. Sebuah daerah yang terletak di sebelah utara kota Ciamis yang pada masa kerajaan sunda merupakan ibu kota Kerajaan Sunda sekaligus menjadi kabuyutan atau mandala. 

Kabuyutan atau mandala adalah tempat kegiatan keagamaan dan intelektual (Darsa & Ekadjati, 2006: 14). Pengertian Intelektual di sini adalah menyusun dan menulis sesuatu yang menghasilkan naskah lontar serta menyimpan naskah-naskah lontar lain yang berasal dari kabuyutan lain, seperti kabuyutan di pakuan pajajaran (Darsa & Ekadjati, 2006: 15). 

Barulah setelah sekian lama, naskah "Carita Raden Jaya Keling" berpindah tangan kepada R.A.A Kusumadiningrat yang lalu memberikannya kepada BGKW yang kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia berubah menjadi Museum Nasional dan pada akhirnya tersimpan di Perpustakaan Nasional RI. 

Sering berpindahnya naskah "Carita Raden Jaya Keling"mengakibatkan naskah menjadi tidak teratur dan tidak tersusun seperti semula. Gejala awal terlihat ketika penyimpanan naskah menjadi acak, yakni kropak 407 (Carita Raden Jaya Keling) disimpan di peti 86, kropak 406 (Carita Parahiangan) di peti 15, dan 408 (Sewaka Darma) di peti 16. 







0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post