Misteri Lauk Euis di Situ Ciater, Panjalu, Ciamis

Situ Ciater, Panjalu, Ciamis (Foto: Dhipa Galuh Purba)


Catatan Pandu Radea

Dibalik keindahannya, Situ Ciater yang terletak 500 meter arah barat Situ lengkong Panjalu, merupakan jalur yang rawan oleh kecelakaan serta sering merenggut korban nyawa. Menurut catatan, antara tahun 2005 sampai 2006 ini tercatat sudah tiga orang   korban meninggal dunia akibat tabrakan dan satu orang meninggal karena terimpa bambu yang tengah ditebangnya, belum lagi pula belasan peristiwa kecelakaan lain yang mengakibatkan luka parah maupun ringan.

Masyarakat sekitarnya sering menghubungkan peristiwa kecelakaan, dengan kewingitan Situ Ciater yang sampai saat ini diyakini keangkerannya karena di pinggir Situ bagian utara terdapat makam keramat Eyang Gajah yang semasa hidupnya terkenal sakti dan digjaya. Sementara di pinggir sebelah barat atau dipinggir jalan terdapat pemakaman umum bagi warga Ciater, Garahang dan Panjalu.

Dikaitkan dengan sejarahnya, H.Ono sekdes Panjalu, memaparkan ceunah cek kolot baheula Situ Ciater merupakan telaga yang tak sengaja terbentuk ketika penjajah Belanda membuat jalur jalan kavaleri dan infantri dari Kawali ke Panjalu.

Pembangunan tersebut secara tidak langsung membendung aliran air dari susukan kecil yang mengairi areal pesawahan Cilambit. Konon dasar situ Ciater tadinya merupakan balong-balong lauk kancra  kepunyaan Eyang Gajah yang ka kelem akibat aliran air susukan terbendung oleh pembangunan jalan. Sampai saat ini lauk kancra peliharaan Eyang Gajah masih ada dan dikenal dengan nama lauk Euis.

Lauk Euis diyakini keberadaannya oleh masyarakat. Karena memang ikan ini bukanlah ikan kajajaden melainkan lauk kancra biasa yang terkadang sering memperlihatkan diri kepada penjaring ikan maupun kepada  penduduk yang tengah mandi dipinggir situ.

Tidak diketahui berapa jumlahnya namun dari sekian banyak hanya satu yang memiliki warna kuning keemasan sedangkan yang lainnya berwarna hijau tua. Karena keindahan warnanya maka kancra yang satu ini dinamakan Si Euis.

"Si Euis kaetang lindeuk, da kanu aribak ge sok nyampeurkeun malihan mah sok di oconan, tapi tara aya nu wantun ngala. Pernah kajantenan aya nu miceun orok ka situ, nangin orokna salamet di kasisikeun ku si Euis." Papar Yono warga yang rumahnya dipinggir Situ Ciater.

Menurut Mang Ganda, seniman Panjalu, Si Euis yang berwaran kuning keemasan mati sekitar tahun 1990-an. Saat ditimbang beratnya mencapai 10 kg. Karena diyakini bukan lauk samanea maka si Euis dikuburkan dengan dikafani.

Namun ada tiga orang penduduk yang tidak percaya dengan takhyul sehingga malam harinya Kuburan si Euis dibongkar untuk dijadikan lauk pauk.  Tak lama setelah itu satu persatu orang yang memakan Si Euis meninggal dunia termasuk keluarganya yang ikut memakan, bahkan pelaku terakhir, sebelum meninggal terlebih dulu mengalami sakit jiwa.

Karena jinak bebrapa orang pernah menangkap dan membawanya kerumah. Namun selalu ada kejadian misterius yang menimpa si penangkap. Seperti halnya kejadian yang dialami ayahnya H. Ono, selama tujuh hari kambingnya mati satu demi satu tanpa ada penyebab yang jelas. Namun setelah ikan itu dilepaskan, tidak terjadi lagi kematian ternaknya.

"Nu ngageunjleungkeun mah basa si euis ditewak tahun 2000 ku Mang Yana urang sriwinangun. Dipelak na balongna, da eta mah isukna lauk sejenna seep teu aya nu nyesa. Ahirna cek kolot nu weruh si Euis kudu dipulangkeun ngan kudu diais ku lawon bodas bari dipayungan, mun teu kitu sok ngarah pati naon wae nu aya, kalebet nu ngalana. Nya harita si Euis di pulangkeun, atuh sapanjang jalan jadi tongtonan malah diabring-abring.  Cek sareatna eta lauk kedah paeh da teu kacaian jaba tebih mapahna. Barang digolosorkeun ka cai situ teras ngecebek bari ngerelep  teuleum " Kata H.Ono sambil gogodeg.

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post