Gantung Diri Seorang Janda di Bahara Panjalu dan Rasa Frustasi




Catatan Panjalu.Net

PANJALU digemparkan lagi oleh kematian seorang janda berusia 58 tahun. Bukan masalah kematian yang menggemparkannya, melainkan jalan yang ditempuhnya menuju kematian. Gantung diri.

Sebut saja namanya A, yang melakukan perbuatan nekat gantung diri tersebut di Desa Bahara, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat (29/5/2020).

Menurut IPTU Lena Magdalena, Kasubag Humas Polres Ciamis, Janda Panjalu Ciamis yang gantung diri tersebut diduga karena mengalami gangguan kejiwaan dan frustasi, sebelumnya  korban mempunyai riwayat sakit Lambung menahun yang tak kunjung sembuh. Demikian ungkap Lena sebagaimana yang dilansir harapanrakyat.com.

Alasan bunuh diri memang biasanya terdorong oleh frustasi. Ia sudah putus asa dalam mencari jalan keluar atau solusi dari permasalahannya.

Beberapa tahun yang lalu, masih di Panjalu, seorang ayah bunuh diri setelah sebelumnya membunuh seluruh anggota keluarganya. Itupun dugaannya karena frustasi terkait masalah ekonomi.


ilustrasi


Terlebih di zaman pandemi corona ini, masalah putus asa dan prustasi sangat rentan menyelinap ke dalam sanubari. Perlu lebih banyak berserah diri dan mendekatkan diri kepada Ilahi. Ujian pandemi corona ini berefek pada banyak orang, bukan hanya di Indonesia, melainkan di dunia.

Di zaman ini, bukan masanya untuk menumpuk harta. Justru inilah kesempatan untuk dapat berbagi. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Baik yang terkena PHK maupun wiraswasta yang pekerjaannya terpaksa harus terhenti.

Perlu lebih intens lagi dalam memperhatikan kondisi sekitar. Orang putus asa itu biasanya tidak punya teman untuk berbagi rasa atau sharing pendapat. Sejumlah peneliti (Gibbs, 1966) berpendapat bahwa kurangnya integrasi antara individu dan struktur sosial merupakan penyebab utama bunuh diri.

Curhat bukan semacam keisengan yang centil. Curhat adalah suatu cara untuk meringankan beban diri kita. Tinggal pandai-pandai saja memilih teman curhat. Itulah gunanya sahabat, yang bukan sekedar teman.

Seorang sahabat biasanya akan selalu memberikan saran terbaik untuk suatu jalan  keluar. Bukan malah membeberkan kesulitan seorang teman kepada orang lain. Seiring dengan waktu, kita pasti menemukan seseorang yang pantas untuk dijadikan seorang sahabat.

Terkait pandemi corona, jika ada kaitannya dengan keputusasaan menghadapi jaman corona ini, kita harus membuka kembali lembaran sejarah perjalanan negeri tercinta ini.

Sebenarnya kita (atau tepatnya orang tua kita) sudah berpengalaman menghadapi virus semacam ini. Pada tahun 1920-1940 di negeri kita, pernah menghadapi wabah pes atau sampar. 20 tahun lamanya. Termasuk saat itu di Panjalu didirikan barak agar wabah pes tersebut tidak terus menular.

Semoga cukup satu kasus terakhir ini yang memilih jalan bunuh diri. Turut berdukacita sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan almarhumah. Semoga Kang Oce Supriatna dan seluruh keluarga tetap sabar menghadapi ujian ini.

Innalillahi wa inna ilaihi roziun. Kami tetap mendoakan semoga almarhumah diampuni dosa-dosanya, dan pada akhirnya mendapat tempat mulia di sisi Allah SWT... aamiin.


0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post