Kidung Dusun Embun (2)


Sajak DHIPA GALUH PURBA

Embun pagi pun menangis sambut mentari,
Titik-titik air mata duka semalam.
Setelah terinjak kaki-kaki telanjang
membelah rerumputan.
Langkah berat,
seperti ingin mencabik bumi
Menanti; kapan mencium tanah jejak nabi?
Rindu akan rupa, menanti suara lembut nan damai
Napas kian terengah,
mengharap nyanyian yang tak mungkin pudar

Burung-burung yang terkurung dalam sangkar
Tiba-tiba berkicau nan merdu
(setelah sekian lama terkungkung, termenung 
bak kena tenung)
kucing liar, anjing galak, ternganga, terpana.
Desiran angin senyap sesaat
Diam.

Awan putih mulai berduyun, kerubungi
Mentari ulaskan senyum.
Cahaya kan tetap bersinar,
menerangi setiap relung jiwa
pun yang merana.
membalut goresan luka.
Balutkanlah luka itu!

Taqobalallahu minna waminkum 
Washiyamana Washiyamakum

Mohon maaf lahir dan batin
dari kesalahan yang terasa
setengah terasa
dan tidak terasa sama sekali


Ranggon Panyileukan 1428 H - 1441 H


Ilustrasi: Foto Turi Syahdarina


0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post