Wahyu Wibisana dan Kembang Tanjung Panineungan




BUKAN hanya sorot matanya yang tajam. Karya-karyanya pun tajam dan sanggup bergelut mengikuti perkembangan zaman.

Lirik “Bulan Bandung Panineungan” yang disanggi menjadi kawih oleh Mang Koko, menjadi salah satu buktinya.

Selain lirik tersebut, kawih “Kembang Tanjung Panineungan”, “Reumis Beureum dina Eurih”, “Samoja”, dan masih menjadi lagu abadi hingga saat ini.

Sejak usianya masih remaja, Wahyu sudah banyak menerima “wahyu” sehingga sangat produktif menulis prosa, puisi, atau naskah gending karesmen—sekaligus menyutradarainya.

Contoh gending karesmen yang ditulis dan disutradarainya adalah “Mundinglaya Saba Langit” (Bandung, 1962), Inten Dewata (Garut, 1993), dll.

Wahyu lahir di Cisayong, Tasikmalaya, 19 Januari 1935. Ia menempuh pendidikan SR (1974), OVVO (1950), Sekolah Guru B (1952), KGA (1952), dan berhasil meraih gelar sarjana di IKIP Bandung (sekarang UPI) pada tahun 1981.

Selain menjadi sastrawan, Wahyu pun pernah menjadi seorang guru, jurnalis, aktivis beberapa organisasi kesundaan, anggota DPRD Jabar, dan menduduki jabatan di pemerintahan yang berhubungan dengan bidang kesenian. Namanya tercatat sebagai salah-satu pelopor lahirnya Majalah Mangle di Bogor.

Karya-karyanya yang telah dibukukan di antaranya Dua Utusan (1956), Wangsit Siliwangi (1964), Tonggérét Banén (1967), Mundinglaya di Kusumah (1975), Geber-Geber Hihid Aing (1976), Tukang Asahan (1978), Urang Naon di Cinaon (Antologi Sajak-1992), Riring-Riring Ciawaking (Antologi Dangding, 1999) jeung Anaking Jimat Awaking (Antologi Prosa Lirik, 2002), dll.

Ketajamannya dalam berkreasi mengantar Wahyu menjadi tokoh yang dikenal sebagai pencipta “upacara adat Sunda” yang ia sebut dengan istilah “Upacara Karesmén”.

Berkat kreasinya yang gemilang, wajar saja jika Wahyu Wibisana beberapa kali mendapat penghargaan, semisal mendapat Hadiah Sastra Rancagé untuk kategori jasa (1997), Anugrah Budaya 2006, Anugerah IKAPI Jabar, dsb.

Ketika Wahyu milangkala yang ke-68, Panglawungan Girimukti dan Pusat Dinamika Pembangunan (PDP) UNPAD menggelar acara khusus untuk memeriahkannya, dengan membuat acara peluncuran buku Anaking Jimat Awaking yang digelar di Gedung Graha Sanusi Hardjadinata (Aula UNPAD), Jalan raya Dipati Ukur No 35, Bandung.

Seperti juga tokoh seniman-seniman senior lainnya yang pernah dibuatkan suatu acara khusus semisal 'Malam Suyatna' atau 'Féstival Saini KM.***

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post