Geger Panjalu (Bagian 2)


Sebuah Roman Cerita Rakyat Situ Lengkong Panjalu

Oleh DHIPA GALUH PURBA

Geger Panjalu 

(2)



Lembah Pasir Haur menjadi saksi bisu atas keberanian seorang ratu pemberani. Tanpa merasa gentar sedikit pun, Permana Dewi datang seorang diri untuk menghadapi sekelompok pasukan.

Tak heran jika Pasukan perampok Samakkohkol pun pada mulanya hampir tidak percaya, kalau kedatangan Permana Dewi itu tanpa diiringi oleh seorang pun prajurit Soko Galuh.

Namun setelah menyaksikan sendiri, barulah mereka semuanya percaya. Diam-diam terbesit pula suatu kekaguman dalam benak hati mereka kepada Permana Dewi.

"Pantas saja dia begitu dicintai oleh rakyatnya..." Durgapati bergumam. Api cinta dalam lubuk hatinya semakin membara. Bertambah kuat pula dorongan dari jiwanya untuk mendapatkan Ratu Permana Dewi. Meskipun dia menyadari akan cintanya yang tentu saja bertepuk sebelah tangan.

"Maafkan, Gusti. Ratu Permana Dewi telah datang tanpa diiringi oleh seorang pengawal pun." Hulu jurit Samakkohkol melapor kepada Durgapati.

"Ya, aku juga telah melihatnya. Ingat jangan ada yang bertindak sembarangan kecuali atas perintahku. Kembali ke tempatmu!"  Durgapati memanggut-manggutkan kepala.

"Baik, Gusti." Jawabnya sambil berlalu dari hadapan Durgapati.

Ratu Permana Dewi menghentikan langkahnya. Dia berdiri tepat  sekali di hadapan pasukan Samakkohkol yang telah siaga menghadangnya. Sementara itu Durgapati masih berada dalam tendanya.

"Pengecut Durgapati, cepat keluar dan hadapi aku sekarang juga!" Permana Dewi berteriak. Sepertinya sudah tidak tahan lagi berhadapan dengan Durgapati.

Tak lama kemudian, dari balik tenda pun muncullah seorang laki-laki bertubuh besar dan kekar. Tiada lain, dialah Durgapati. Sayangnya Permana Dewi tak dapat melihat seperti apa wajah Durgapati itu. Sebab wajahnya ditutupi oleh sebuah cadar hitam.

"Ha..ha..ha..., selamat datang bidadariku. Mungkin kedatanganmu untuk menentukan hari perkawinan kita. Kapankah kita melaksanakannya, bidadariku?" Durgapati tertawa terbahak-bahak, yang tentunya membuat amarah Permana Dewi kian memuncak.

"Tutup mulut kotormu itu...!" Tanpa banyak berkata lagi, Permana Dewi berteriak sambil melompat dan  sekaligus menyerang Durgapati, dengan gerakan yang begitu cepat.

Tubuhnya melayang. Meliuk-liuk di udara, sampai pada suatu kesempatan,  kedua tangannya cepat sekali menusuk ke arah kepala Durgapati yang masih tertegun. Durgapati hanya berkelit saja, tidak meladeni serangan tersebut.

Namun kalaupun pukulan tangan maut Permana Dewi tidak mengenai sasaran, maka giliran tendangan kakinya yang mendarat, telak sekali mengenai dada Durgapati. Tentu saja membuat Durgapati terpekik kesakitan dan mundur beberapa langkah.

"Aku dengar kau sangat merendahkan kaum wanita, dengan  hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu birahi saja. Ingat,  kali ini aku bisa saja melepaskanmu, tapi dengan satu syarat, bahwa kau harus bertaubat atas segala perbuatan terkutukmu itu....!."

"Apa? Bertaubat? Ha..ha.ha..... Baiklah aku akan bertobat, tapi kau harus bersedia menjadi pendampingku selama-lamanya. Dan janganlah  terlalu gembira dulu. Ingat, aku belum mengeluarkan ilmu apa pun. Tadinya aku merasa sayang, jika tubuhmu yang mulus itu, dinodai oleh luka. Bagaimana bisa kita berbulan madu..." kata Durgapati sambil memasang kuda-kuda.

Lalu mengeluarkan jurus yang masih asing di mata Permana Dewi, selama menempuh berbagai pertarungan. Angin berputar dengan ganas. Memang dahsyat. Pohon-pohon di sekitarnya pun menjadi tumbang. Bahkan ada yang tercabut dengan akarnya.

Kendati demikian, Permana Dewi tidak terpengaruh oleh ilmu itu. Dia tetap bertahan. Kakinya tidak lepas dari bumi. Bahkan seperti yang menyatu pada tanah. Dengan sebuah gerakan tangan yang melunjur ke atas, tiiba-tiba angin yang tersebut bisa dihentikan.

Sinar berwarna keemasan, memancar dari telapak tangan Permana Dewi. Dan akhirnya sinar itu menyambar tubuh Durgapati. Seandainya Durgapati tidak berkelit, mungkin tubuh Durgapati akan hancur lebur. Sebab sinar itu sanggup menghancurkan sebuah gundukan batu.

"Sekali lagi kuperingatkan, serahkan dirimu sebelum kesabaranku habis!" Permana Dewi memberikan sebuah peringatan kembali.

Namun Durgapati tidak mempedulikannya. Bahkan dia memberikan isyarat kepada anak buahnya, untuk menyerang Permana Dewi dari kejauhan. Sehingga tanpa ampun lagi, seluruh  anak buah Durgapati dengan cepatnya membentangkan anak panah dan melepaskannya ke arah Permana Dewi.
Beratus anak panah yang mengandung racun, melesat dengan cepat ke arah Permana Dewi.

(Bersambung)

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post