Geger Panjalu (Bagian 3)

Sebuah Roman Cerita Rakyat Situ Lengkong Panjalu

Oleh DHIPA GALUH PURBA

Geger Panjalu 

(3)



Ratu Permana Dewi tampak kewalahan dalam menghadapi situasi seperti itu. Permana Dewi tidak dapat menghindari seluruh serangan anak panah yang begitu banyak. Sampai pada akhirnya sebuah anak panah beracun milik Durgapati tak dapat dielakan lagi menembus punggung Permana Dewi. 

Racun anak panah, begitu cepatnya merasuk dan merambat pada aliran darah. Sehingga tak dapat bertahan lagi. Permana Dewi pun terjatuh dan langsung tidak sadarkan diri.

"Hentikan semuanya...!" teriak Durgapati sambil mengangkat tangannya. Dari kedua matanya memancarkan sebuah kepuasan yang tiada tara. Lalu cadarnya pun dibuka. Tampaklah sosok wajah yang rupawan. Memang tampan dan gagah. Hanya saja dari raut wajah rupawan itu, tersimpan suatu kebengisan dan kelicikan.

Durgapati menghampiri tubuh Permana Dewi, yang tergeletak di bawah pohon beringin. Senyuman di bibirnya, melukiskan sebuah kebahagiaan yang tiada tara. Durgapati begitu yakin, beberapa saat lagi, dia akan segera bersanding dengan Sang Ratu impiannya.

Dengan hati yang berdebar-debar, tangannya mulai menyentuh rambut Permana Dewi. Dan bersamaan itu pula, tiba-tiba terdengar suara teriakan yang bergemuruh memekikan telinga.

Tentu saja membuat Durgapati kaget. Sepertinya Durgapati menyadari, akan kekuatan yang terkandung dibalik pemilik suara tersebut. Suara seorang laki-laki muda.

"Hai pengecut Durgapati...! Jika tanganmu berani menyentuh tubuh itu, maka tubuhmu akan kucabik-cabik! Lalu dagingnya akan kuberikan kepada anjing busuk...!" begitulah yang dikatakannya.

"Siapa kau?! keluarlah jika kau seorang pemberani!" Durgapati membalas teriakan itu. Walau dalam hatinya diliputi oleh sepenggal kegentaran.

"Tentu saja aku berani! Namaku adalah Rangga Gumilang. " begitu selesai menyebutkan namanya, dalam sekejap mata, telah berdiri di hadapan Durgapati. Sesosok tubuh yang kekar. Dihiasi oleh wajahnya yang begitu rupawan.

"Mmm, Rangga Gumilang, Apakah kau mau mengantarkan maut?" tanya Durgapati dengan sangat geram. Kedua matanya tak henti-henti untuk mengamati sosok tubuh tersebut.

Rangga Gumilang adalah seorang pemuda gagah dan tampan Tapi bukan hal itu, yang membuat Durgapati mengaguminya. Betapa tidak? kedatangannya tanpa menimbulakan suara apapapun, dan tanpa diketahui oleh panca indranya yang keenam.

Jelas sekali menggambarkan seorang pemuda yang mempunyai kepandaian ilmu bela diri maha tinggi. Baru saat itulah, Durgapati bisa membuktikan kesaktian satria dari Gunung Sawal yang telah banyak menggegerkan dunia persilatan.

"Perbuatanmu telah banyak meresahkan rakyat seluruh negeri. Maka dari itu, aku datang hanya untuk meminta kepalamu saja sebagai hadiah yang akan kupersembahkan kepada rakyat di negeri Soko Galuh." ucap Rangga Gumilang dengan tenangnya.

"Bangsat...!" Durgapati berteriak. Bahkan saat itu pula, dia langsung menyerang Rangga Gumilang.

Pukulan mautnya disertai dengan hembusan angin yang dahsyat. Sangat menakutkan. Namun Rangga Gumilang tetap saja menghindarinya dengan penuh ketenangan. Sehingga serangan Durgapati hanya mengenai pohon yang berada sekitar Rangga Gumilang. Kendati demikian, kedahsyatan pukulan Durgapati sanggup merobohkan dan menghanguskan pohon tersebut.

Untuk kedua kalinya Durgapati mencoba lagi dengan serangan yang membabi buta. Lagi-lagi serangan itu dapat dikandaskan pula, hanya dengan satu gerakan kecil.

Bahkan kini Rangga Gumilang mengeluarkan jurusnya. Sebuah serangan yang sangat mendadak. Tendangan kaki Rangga Gumilang, berhasil menembus pertahanan Durgapati. Tepat sekali mengenai bagian dadanya.

Durgapati terpental ke belakang sambil terhuyung-huyung menahan  rasa sakit.

Seluruh anak buah Durgapati kembali melepaskan busur anak panah ke arah Rangga Gumilang. Namun dengan gerakan yang sangat gesit, Rangga Gumilang melayang. Sehingga anak panah yang jumlahnya ribuan itu tak satu pun yang mampu menembus tubuhnya.

Sampai pada akhirnya, secara  tiba-tiba, dari tubuh Rangga Gumilang memancar cahaya putih dan mengelilingi seluruh tubuhnya.

Syahdan, ketika busur panah menyambar tubuh Rangga Gumilang, bukannya menembus tubuhnya. Malah berbalik menyerang Si Pemanahnya. Maka tanpa ampun lagi, anak Buah Durgapati menjerit satu persatu, terkena senjata yang makan tuannya sendiri.

Lama kelamaan banyak diantara anak buah Durgapati yang menghentikan serangannya.  Bahkan satu-persatu bertekuk lutut menyerah kepada Rangga Gumilang.

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post